Skip to main content

Hari Guru: Apa yang Kita Rayakan?

Apakah yang ada dalam pikiran kita setiap tanggal 25 November? Hari itu semua sekolah melaksanakan upacara hari guru, banyak perayaan di sana. Perayaan? Apanya yang dirayakan?

Pasti jasa2 bapak dan ibu guru, di hari itu memang kita harus mengingat semua jasa guru2 kita, tetapi bagi saya, setiap saat saya harus berterimakasih pada bapak dan ibu guru saya, dalam setiap doa saya panjatkan untuk mereka, tidak hanya di saat Hari Guru saja. Mari kita mencoba berpikir untuk sesuatu yang lebih bermanfaat...

Ada hal yang menarik pemikiran saya di hari guru tersebut. Di saat saya mendengarkan pidato Bapak Menteri Pendidikan kita, Anies Baswedan, bahwa Bapak Ibu gurulah yang berada di garda depan dalam dunia pendidikan kita. Bapak Ibu gurulah yang menyaksikan potret bangsa kita di masa depan... Potret masa depan itu kita ciptakan sekarang...

Bagaimana potret dunia pendidikan kita sekarang?
Apa yang kita bisa lihat di dunia pendidikan kita?
Apa yang salah pada sistem pendidikan di negara kita?
Apakah Ujian Nasional (UN) sudah berhasil mengantarkan anak2 kita menjadi lebih baik dan sukses?
Atau kekacauan di dunia pendidikan kita disebabkan oleh adanya UN?

Saya tidak akan menjawab secara langsung di tulisan ini, karena ini masih menjadi pertanyaan besar.
Pun begitu, menurut saya, UN membuat anak hanya berorientasi pada hasil akhir saja. Mereka tidak diajarkan untuk menyadari bahwa proses mereka belajar di sekolah bertahun2 itulah yang akan membentuk karakter mereka.

Sebagian besar sekolah mengadakan tim sukses UN dg cara memberikan jam tambahan di luar jam belajar (yg sebenarnya materi2 tsb sudah seharusnya dikuasai anak2 di tahun2 sebelumnya, dan parahnya dilaksanakan sepulang sekolah, di saat pikiran harus istirahat, dan itu menambah kepenatan siswa) ditambah lagi kisi2 UN yang mengarahkan guru dan siswa hanya fokus pada soal2 itu saja dg berbagai trik mengerjakan model2 soal2 itu, dan melupakan kompetensi2 yang lain...

Saat saya masih menjadi guru yang mengajar kelas 12, mempersiapkan anak2 saya untuk bisa lolos UN, kepenatan, ketegangan, kekhawatiran selalu saya alami setiap tahunnya. Dan selalu sama. Di tiap pengumuman hasil UN kami selalu melihat judgement dari hasil UN berupa peringkat sekolah... Sekolah yang berperingkat UN bagus pasti akan menjadi sekolah favorit, dan dalam menerima peserta didik baru pasti akan melakukan penyaringan dengan ketat, sehingga siswa yang belum pandai tidak bisa belajar di sekolah yang bagus tersebut. Adilkah??

Jika kita melihat sejenak keluar, melihat sistem pendidikan di Finlandia, yang merupakan negara dengan prestasi pendidikan terbaik di dunia (dibuktikan dengan hasil PISA yang berada di rank atas) di sana tidak ada sistem peringkat. Silakan klik link ini untuk belajar banyak tentang pendidikan di dunia dan mendownload berbagai sumber yang ada :)

Berikut saya kutip dari blog sebelah , "Upaya pemerintah meningkatkan mutu sekolah dan guru secara seragam di Finlandia pada akhirnya berujung pada harapan bahwa semua siswa di Finlandia dapat jadi pintar. Tanpa terkecuali. Maka dari itu, mereka tidak mempercayai sistem ranking atau kompetisi yang pada akhirnya hanya akan menghasilkan ‘sejumlah siswa pintar’ dan ‘sejumlah siswa bodoh’. Walaupun ada bantuan khusus untuk siswa yang merasa butuh, tapi mereka tetap ditempatkan dalam kelas dan program yang sama. Tidak ada juga program akselerasi. Pembelajaran di sekolah berlangsung secara kolaboratif. Bahkan anak dari kelas-kelas berbeda pun sering bertemu untuk kelas campuran. Strategi itu terbukti berhasil karena saat ini Finlandia adalah negara dengan kesenjangan pendidikan terkecil di dunia."

Di negara kita, apapun akan dilakukan untuk sukses UN, hal inilah yg sebenarnya menjadi masalah, akar dari korupsi berawal dari sini...

Seandainya guru2 mempunyai wewenang seperti guru2 di Finlandia... mereka dianggap yang paling tahu cara mengevaluasi murid2nya... menjadi seorang guru di negara ini seperti berjuang sendirian...

Tetapi saya sedang tidak mengeluh... Karena saya sadar keluhan saya tidak ada gunanya. Lebih baik saya tuangkan pemikiran saya dalam tulisan di blog dan entah bagaimana caranya, semoga ada perubahan lebih baik pada sistem pendidikan kita.

Masalahnya sudah kompleks, dan sepertinya memang harus ada reformasi mental bagi para guru...

Kemarin saya membaca di komen sebuah gambar, ada seorang menulis "opo ono guru saiki? sing ono wong2 sing 'kerjo' ning sekolahan" mungkin itu hanya pendapat seorang saja, tapi kita sebagai guru jadi berpikir, apakah tujuan kita bekerja hanya sebatas mencari nafkah, atau... ada tujuan yang lebih jauh, yang lebih mulia yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa...

Saya membayangkan jika tujuan yang kedua ini dimiliki semua atau sebagian besar guru... akankah masalah yang sistem pendidikan kompleks ini terjadi?

Ada satu hal lagi yang terngiang dalam ingatan saya mengenai pidato Bapak Menteri, yaitu "Guru Mulia dengan Karya". Apa yang sudah kita ciptakan untuk anak2 kita? Mari kita mulai dari hal yang paling sederhana dulu namun lakukan secara terus menerus...

Selamat berkarya untuk bangsa...

Renungan Hari Guru
\latepost

Comments

Popular posts from this blog

Manfaatkan Masa Mudamu dengan Cerdas, Wake Up Young Generations!

Here I'm going to write at a glance about you, young generations, the youth of the nation... This writing is especially dedicated for my students :)

Pesan Buat Seluruh Umat Manusia : The Meaning of Life (Subtitle Indones...

Saya menemukan video ini dari share salah seorang teman di facebook. Stop and think. Mari luangkan waktu sebentar untuk menonton video ini, jika kita ingin lebih menyadari untuk apa kita hidup di dunia... You Only Live Once?!

Pelajar dan Ponsel Pintar

          Perkembangan zaman semakin pesat seiring dengan makin canggihnya ponsel pintar (smart phone) dengan berbagai fungsi yang ditawarkan. Kini, ponsel pintar bukan merupakan barang langka yang hanya dimiliki oleh kalangan tertentu saja. Hampir semua orang sudah memiliki ponsel pintar, termasuk para pelajar SD, bahkan anak-anak balitapun sudah menerima bekas ponsel pintar orang tua mereka karena beberapa alasan, disamping untuk menghibur si anak agar tidak rewel dan juga kebutuhan orangtua memiliki ponsel yang lebih canggih mengikuti perkembangan teknologi. Para balita tersebut biasanya menjadi sangat asyik menonton konten apapun yang disajikan di media sosial. Balita tersebut tidak akan rewel jika sudah ada ponsel pintar di tangannya, sehingga orangtua maupun pengasuh akan tenang dan kesibukannya tidak terganggu kerewelan si balita. Kita banyak menjumpai anak-anak kecil berkumpul bermain dengan teman-teman mereka namun masing-masing hanya sibuk dengan...