Skip to main content

You're Our Paradise

Dini hari terjaga, rasanya masih belum percaya dengan kepergian mamah. Rasanya seperti masih ada. Saat kuterbangun dini hari dan terlihat online, mamah selalu menyapa, baru apa, jangan lupa sholat tahajud... Mamah rajin sekali sholat malam, sahur, selama ini tidak pernah mengeluh sakit dan rajin mengontrol kesehatannya dengan mengikuti prolanis setiap bulan. Takdir memang tidak ada yang tau... Beliau meninggal saat masih mengenakan mukena di ruang sholatan sendirian. Husnul khotimah masha Allah jannah tempatmu insha Allah... Alfatihah... 

Selasa sore itu, 3 Agustus 2021, menjadi kenangan terakhir dengan mamah, tidak menyangka karena sepulang kerja aku ke rumahnya dan kondisi beliau terlihat  lebih sehat dari hari sebelumnya. Hari Senin dan Selasa sebelum berangkat kerja dan sepulang kerja aku selalu menengoknya. Waktu itu mamah masuk angin minta dikerokin dan tidak punya nafsu makan. Alhamdulillah bubur yang aku berikan pada hari Senin seharian habis dimakan tanpa lauk apapun. Sebelumnya, Senin malam dini hari mengeluh dada dan punggung panas, kaki lunglai tidak berdaya. Setelah dipijat dan dibalur minyak kayu putih, minum obat anti nyeri, beliau merasa lebih sehat di hari Selasa. Pada hari itu bahkan beliau masak bubur sumsum sendiri dan diposting di grup whatsapp keluarga. 

Setiap sore pulang kerja selama 2 hari itu, kami sempat ngobrol2 tentang banyak hal. Mamah memang cerita tentang kematian, sampai sudah meminta maaf sama abah. Aku hanya menanggapi cerita itu dengan membesarkan hati beliau, insha Allah mamah sehat panjang umur bisa ditakdirkan pergi ke Mekkah, impian beliau selama ini, sudah menanti bertahun2 mendapat panggilan ke tanah suci dan beliau sangat sedih karena kondisi saat ini membuat jamaah haji menjadi sangat terbatas... Aku terus memberikan beliau semangat untuk sehat dan mau makan. Sore itu aku tanyakan kepada beliau, apa yang masih dikeluhkan, beliau hanya menjawab belum ada selera makan. 

Beliau mengatakan, mamah bersyukur ada kamu yang tinggal satu kota disini, meskipun dulu... Sepertinya mamah teringat masa lalu yang sempat tidak merestui pernikahanku dengan orang yang bukan dari keturunan/nasab yg sama. Mamah mengatakan sudah yg lalu biar berlalu semoga Allah mengampuni dosa2 kita... Aku agak bingung dengan kata2 beliau, tetapi beliau mengalihkan pembicaraan, mengulang kata syukur bahwa masih ada anak yang dekat dengan beliau dan dapat membersamai beliau. 

Aku bertanya kepada beliau, mamah gak doyan makan karena kangen sama anak2 dan cucu2 yg jauh? 

Aku melihat sorot kesedihan di matanya. Sudah sejak pandemi mamah jarang sekali melihat dan bertemu kelima anaknya yang tinggal di luar kota bahkan ada yang di luar propinsi. Sebelum pandemi, mamah sering meluangkan waktu keliling silaturahmi ke kota2 dimana anaknya tinggal dengan suami2 mereka. Ya, mamah kangen itu semua... 

Tetapi mamah bisa apa... Anak2nya sekarang sudah ada yang memiliki. Dulu, ketika anak2 masih kecil mamah jadi ibu yang luar biasa pengorbanannya, setiap malam selalu mengontrol ke kamar 6 anak perempuannya, membetulkan selimut, mengecek kondisi anak2nya satu persatu, bahkan aku pernah tau mamah membuka diaryku saat aku tertidur, tetapi aku pura2 tidur, ah... Masa itu, rasanya ingin marah tetapi sekarang aku baru menyadari betapa mamah sangat peduli dengan segala detail urusan anak2nya, selalu mengarahkan, menasehati dan mendoakan semua anak2nya... Sekarang aku kehilangan semua nasehat dan doa2 beliau yang sangat didengar Allah... Kita berenam kehilangan sosok wanita luar biasa yang telah melahirkan dan mendidik kita, hingga kita menjadi seperti sekarang... 

Terkadang aku berpikir, ya, perempuan bersuami memang harus berbakti dengan suaminya, orang nomor satu setelah menikah... Ada sebuah kisah saat zaman Rasulullah dulu, saat seorang wanita diberitahu bahwa ayahnya meninggal dunia tetapi suaminya sedang pergi jauh dan meninggalkan pesan untuk menjaga diri tidak pergi kemanapun selama suaminya tidak di rumah. Sang istri hanya bisa menangis dan mendoakan sang ayah yang hari itu sudah dipanggil Allah. Dia sangat patuh pada suaminya sampai tidak dapat menemui ayahnya untuk terakhir kalinya. Sebegitu pentingnya kepatuhan istri pada suaminya mengalahkan orangtua kandung sendiri... Seandainya dimasa itu sudah ada handphone, apakah suaminya akan tetap melarangnya menemui ayahnya untuk terakhir kalinya? 

Sebuah pertanyaan besar yang hanya dapat dijawab oleh para suami yang sholeh. Jika suami itu masih punya empati, memahami betapa istrinya yang dia cintai dan dia jaga dengan luar biasa, cinta sejatinya itu bisa menjadi seseorang yang dia cintai saat ini berkat jasa dan doa orang tuanya yang sudah melahirkan dan membesarkan istrinya sampai menikahkan dengannya, suami itu pasti tidak akan melarang istrinya untuk bertemu orangtuanya apalagi untuk terakhir kalinya... Ketika kasih ibu terkalahkan ego suami... 

Aku baru tersadar, kasih ibu sepanjang masa, kasih anak sepanjang galah... Dalam sekali maknanya... Semoga kita tidak termasuk menjadi anak2 yang lupa diri, bahwa orangtua pasangan kita adalah orangtua kita juga... 

Terimakasih mamah, semua perhatian, pengorbanan, nasehat, kenangan2 suka duka denganmu tak akan mungkin aku lupa, tidak akan mungkin aku mampu membalas semua pengorbanan dan jasamu, meskipun selama mamah masih ada aku berusaha membahagiakanmu, tetapi tidak akan pernah sebanding dengan apapun yang sudah mamah berikan untukku... Untuk kami 6 anak perempuanmu... 

Tulisan ini saya dedikasikan untuk almarhumah ibu saya, Ipah Gamar binti Hamid Alaydrus, teriring doa untuk beliau, 

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لها وَارْحَمْها وَعَافِها وَاعْفُ عَنْها وَأَكْرِمْ نُزُلَها وَوَسِّعْ مُدْخَلَها وَاغْسِلْها بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ وَنَقِّها مِنْ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ الْأَبْيَضَ مِنْ الدَّنَسِ وَأَبْدِلْها دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِها وَأَهْلًا خَيْرًا مِنْ أَهْلِها وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِها وَأَدْخِلْها الْجَنَّةَ وَأَعِذْها مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ أَوْ مِنْ عَذَابِ النَّارِ

Allahummaghfir lahaa warhamhaa wa ‘afihaa wa fu’anhaa wakrim nudzulahaa wawasi’ mudholahaa wagsilhaa bilmaai watsalji wal barodi wanaqqohaa min khotooyaa kamaa naqoitats tsaubal abyado minad danasi wabdilhaa daarol khoiron min daarihaa eaahlan khoiron min ahlihaa wajaudzan khoiron nin jaudzihaa waadhilnaj jannata wa a’idzhaa min adzaabil qobrii au min adzabin naar.

Arti doa tersebut: “Ya Allah! Ampunilah dia, berilah rahmat kepadanya, selamatkanlah dia, maafkanlah dia dan tempatkanlah di tempat yang mulia (Surga), luaskan kuburannya, mandikan dia dengan air salju dan air es. Bersihkan dia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau membersihkan baju yang putih dari kotoran, berilah rumah yang lebih baik dari rumahnya (di dunia), berilah keluarga yang lebih baik daripada keluarganya (di dunia), pasangan yang lebih baik daripada pasangannya (di dunia), dan masukkan dia ke Surga, jagalah dia dari siksa kubur dan Neraka".

Aamiiiiin... Aamiiiin... Aamiiiin ya robbal alamin... 

Comments

Popular posts from this blog

Manfaatkan Masa Mudamu dengan Cerdas, Wake Up Young Generations!

Here I'm going to write at a glance about you, young generations, the youth of the nation... This writing is especially dedicated for my students :)

Pesan Buat Seluruh Umat Manusia : The Meaning of Life (Subtitle Indones...

Saya menemukan video ini dari share salah seorang teman di facebook. Stop and think. Mari luangkan waktu sebentar untuk menonton video ini, jika kita ingin lebih menyadari untuk apa kita hidup di dunia... You Only Live Once?!

Pelajar dan Ponsel Pintar

          Perkembangan zaman semakin pesat seiring dengan makin canggihnya ponsel pintar (smart phone) dengan berbagai fungsi yang ditawarkan. Kini, ponsel pintar bukan merupakan barang langka yang hanya dimiliki oleh kalangan tertentu saja. Hampir semua orang sudah memiliki ponsel pintar, termasuk para pelajar SD, bahkan anak-anak balitapun sudah menerima bekas ponsel pintar orang tua mereka karena beberapa alasan, disamping untuk menghibur si anak agar tidak rewel dan juga kebutuhan orangtua memiliki ponsel yang lebih canggih mengikuti perkembangan teknologi. Para balita tersebut biasanya menjadi sangat asyik menonton konten apapun yang disajikan di media sosial. Balita tersebut tidak akan rewel jika sudah ada ponsel pintar di tangannya, sehingga orangtua maupun pengasuh akan tenang dan kesibukannya tidak terganggu kerewelan si balita. Kita banyak menjumpai anak-anak kecil berkumpul bermain dengan teman-teman mereka namun masing-masing hanya sibuk dengan...