Perkembangan
zaman semakin pesat seiring dengan makin canggihnya ponsel pintar (smart
phone) dengan berbagai fungsi yang ditawarkan. Kini, ponsel pintar bukan
merupakan barang langka yang hanya dimiliki oleh kalangan tertentu saja. Hampir
semua orang sudah memiliki ponsel pintar, termasuk para pelajar SD, bahkan anak-anak
balitapun sudah menerima bekas ponsel pintar orang tua mereka karena beberapa
alasan, disamping untuk menghibur si anak agar tidak rewel dan juga kebutuhan orangtua
memiliki ponsel yang lebih canggih mengikuti perkembangan teknologi. Para balita
tersebut biasanya menjadi sangat asyik menonton konten apapun yang disajikan di
media sosial. Balita tersebut tidak akan rewel jika sudah ada ponsel pintar di
tangannya, sehingga orangtua maupun pengasuh akan tenang dan kesibukannya tidak
terganggu kerewelan si balita. Kita banyak menjumpai anak-anak kecil berkumpul
bermain dengan teman-teman mereka namun masing-masing hanya sibuk dengan ponsel
pintarnya untuk bermain game menggunakan ponsel pintarnya.
Dalam dunia pendidikan, apalagi
pasca pandemi Covid-19, ponsel pintar makin menjadi sebuah barang yang wajib dimiliki
oleh para pelajar. Bagaimana tidak? Sejak pandemi Covid-19 lalu hampir semua
kegiatan dilaksanakan secara daring untuk menjaga jarak dan penyebaran corona virus.
Semua kegiatan pembelajaranpun terpaksa dilaksanakan dari rumah dengan memanfaatkan
teknologi internet dan ponsel pintar. Penulis, sebagai ibu dari dua anak
perempuan yang sekarang sudah menginjak remajapun terpaksa harus melepas
idealisme untuk menahan anak-anak tidak menggunakan ponsel pintar sebelum
mereka berusia lebih dari 15 tahun, dan mungkin banyak juga orangtua yang
mengalami hal yang serupa dengan penulis yang terpaksa mengizinkan anak-anak
menggunakan ponsel pintar untuk mendukung pembelajaran jarak jauh selama lebih
dari dua tahun.
Kini, anak-anak kita sudah terbiasa
menggunakan ponsel pintar dan bahkan pembelajaranpun makin mengikuti era
teknologi yang makin melesat. Guru memanfaatkan kemajuan teknologi dengan merancang
pembelajaran berbasis teknologi dan informasi dari internet untuk mengarahkan
internet sehat bagi pelajar. Berbagai media pembelajaran berbasis teknologi dan
informasi dengan mudahnya diakses melalui aplikasi di ponsel pintar dan juga
berbagai media sosial untuk membantu para pelajar dapat belajar dengan
menyenangkan. Bahkan maraknya teknologi kecerdasan buatan (Artificial
Intelligence) memanjakan cara berpikir siapapun termasuk para pelajar, yang
dengan mudahnya mencari solusi dan menjawab soal-soal dengan bantuan teknologi
AI.
Fenomena yang sangat menarik, ketika membandingkan dunia pendidikan beberapa tahun lalu dan saat ini dengan segala kemajuan teknologi yang ada. Ibarat sebuah kapal selam, dalam potret dunia pendidikan beberapa tahun lalu pelajar mendalami berbagai ilmu pengetahuan meski lambat namun mendalam. Mereka harus berusaha mengunjungi perpustakaan dan mencari sumber belajar berupa buku-buku dari berbagai penerbit. Sedangkan saat ini, pelajar makin dimanjakan teknologi. Dengan cepatnya mereka mendapatkan ilmu pengetahuan melalui internet, dengan rasa ingin tahu yang tinggi dan juga rasa cepat bosan mereka dapat mengakses berbagai informasi di ponsel pintar. Ibarat speed boat, cepat namun hanya di permukaan. Informasi yang mereka dapatkan semakin banyak dan update sehingga akhirnya tidak sempat untuk mendalami ilmu pengetahuan itu sendiri karena derasnya informasi.
Parahnya, ketika kemajuan teknologi tersebut tidak seiring dengan kemajuan pola pikir orangtua dalam mendampingi dan memantau penggunaan ponsel pintar untuk anak-anak mereka. Banyak masalah di kalangan remaja yang bermula dari penggunaan ponsel yang tidak terkontrol. Ketika kita mencoba mengetik beberapa kata di mesin pencarian di internet, misalnya kita mengetik tulisan “high school students” maka akan tersaji berita-berita siswa berprestasi di luar negeri (baca: negara-negara maju). Namun ketika kita coba mengetik kata yang sama dengan bahasa kita, akan banyak tersaji berbagai berita kriminal dan asusila yang terjadi di kalangan pelajar sekolah menengah. Sungguh sangat ironis dan menyedihkan.
Kembali pada fenomena yang telah penulis paparkan di awal mengenai kepemilikan ponsel pintar, yang menjadi sebuah refleksi untuk kita para orangtua sebagai orang terdekat dari anak-anak kita. Sudahkah orangtua meluangkan waktu untuk mengontrol penggunaan ponsel pintar anak-anak remaja mereka? Sudahkan kita membuat kesepakatan dengan anak-anak kita dalam menggunakan ponsel pintar? Bagaimana cara agar ponsel pintar dapat membuat anak-anak pintar?
Comments
Post a Comment