Makin deg-degan rasanya keberangkatan itu semakin dekat... Banyak persiapan yang sudah saya lakukan, seperti belanja pernak pernik kebutuhan haji, mengambil koper besar dan kecil di PLHUT, mengurus Badal Haji mama, sampai gathering calon jama'ah haji di Magelang. Meski begitu selalu rasanya masih ada saja yang belum atau kurang, mengurus ATM VISA saja juga belum sempat saya lakukan, padahal saya hanya memiliki uang SAR (Riyal) sedikit itupun terima kasih sekali sudah sangat terbantu teman kantor yang orangtuanya tahun lalu pergi haji dan masih mempunyai sisa uang SAR.
Dua minggu sebelum keberangkatan, tiba saatnya kami menghadiri manasik terakhir di KBIHU yaitu pelepasan calon jama'ah haji. Disana, kami mendapatkan tanda identitas KBIHU, tanda identitas koper besar dan kecil dengan nama kami, tas ransel, sampai mendaftarkan paket internet untuk selama di tanah suci. Kami berkumpul dengan regu masing-masing untuk berkoordinasi karena kemungkinan kami akan menjadi satu kamar atau berdekatan, sambil saling berkenalan lebih lanjut. Alhamdulillah saya dan ayah masuk dalam regu yang sama.
Sepulang dari kegiatan manasik terakhir itu, saya dan ayah naik motor sendiri-sendiri untuk bertemu di sebuah toko karena saya ingin membelikan sesuatu yang bisa dipakai ayah saya saat di tanah suci. Kami sepakat bertemu di suatu tempat, ayah naik motor mendahului saya dan melaju agak jauh. Saya mengendarai motor pelan-pelan di jalur pinggir kiri dengan banyak pikiran di kepala saya. Sampai saat itu saya melihat kaca spion motor saya ada sebuah city car abu-abu mendekat mepet sekali, belum sampai saya menghindar... BRAAAAK... Astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah... motor saya tertabrak mobil itu ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜
Shocked banget rasanya sampai tidak bisa berkata-kata... Posisi saya saat itu jatuh tengkurap di pinggir jalan, dan tertindih motor saya dengan semua barang bawaan saya termasuk yang ada dalam bagasi motor berhamburan di jalan aspal. Alhamdulillah saya masih bisa berusaha bangun dan langsung menepi dengan perih di kaki dan tangan tidak peduli dengan motor dan barang-barang bawaan saya. Mobil yang menabrak saya sudah melaju kencang meninggalkan saya yang kesakitan, kaki kanan saya terkelupas aspal dengan luka lumayan lebar, saya sendiri takut melihat luka saya saat itu... Astaghfirullah... Telapak tangan kanan saya juga terkelupas, dan lengan kanan kiri saya terasa sakit. Alhamdulillah helm saya masih aman saya pakai... Ya Allah... Subhanallah...
Beberapa orang baik menolong saya, memberikan saya air putih dan membasuh luka saya perih sekali rasanya. Lalu ada seorang laki-laki muda yang menanyakan saya tertabrak mobil yang seperti apa, dengan sergap dia berhasil membantu mengejar mobil yang menabrak saya. Semoga Allah membalas kebaikannya dengan keselamatan, kesehatan dan kebahagiaan...
Setelah diberi minum air putih oleh orang-orang baik di lokasi saya jatuh, beberapa saat kemudian mobil yang menabrak sayapun datang dan seorang laki-laki muda turun dari mobil itu. Saya tidak mau ambil pusing memperpanjang urusan meskipun dia yang salah karena ternyata dia menghindari pengendara motor di depan mobilnya sebelah kanan yang tiba-tiba berhenti untuk menyebrang masuk gang di kanan jalan, karena itulah dia banting setir ke kiri dan menabrak saya.
Perasaan saya sangat kacau, shocked dan tidak karuan saat itu. Saya hanya minta orang itu bertanggungjawab mengantar saya berobat di klinik terdekat. Alhamdulillah dia bersedia dan saya mendapatkan perawatan serta obat-obatan antibiotik dan anti nyeri. Sakit sekali rasanya saat luka saya harus dibersihkan. Tapi saya ingin segera sembuh, karena saya tidak punya banyak waktu untuk pemulihan, hanya tersisa waktu tepat dua minggu sebelum berangkat ke tanah suci... Ya Allah...
Setelah perawat selesai memeriksa, saya diminta mengangkat kaki dan tangan apakah ada yang sakit, alhamdulillah saya tidak merasakan rasa sakit di tulang, terima kasih ya Allah hanya luka di kulit saja tetapi rasanya luar biasa perihnya... Setelah mengobati luka-luka saya, sayapun bertanya ke perawat kira-kira luka yang saya alami akan pulih selama berapa lama?
Perawat itu menjawab insha Allah dua minggu lagi sudah pulih, saya aminkan perkataan itu. Allahuakbar... Ya Allah tepat dua minggu lagi saya harus berangkat ke tanah suci... Tepat sekali waktunya ya Allah...ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜
Saat itu saya mencoba menghubungi ayah saya yang sudah menunggu di tempat yang kami sudah tentukan. Ayah sudah menunggu dan terpaksa saya memintanya untuk pulang duluan saja karena saya jatuh dan meyakinkan ayah untuk tidak perlu khawatir, saya sampaikan ke beliau hanya lecet saja dan sedang berada di klinik. Ayah terdengar bingung dan mendoakan saya semoga baik-baik saja lalu pulang ke rumah. Tidak tega rasanya mendengar suara ayah saat itu.
Lalu saya menelpon suami. Alhamdulillah suami segera datang bersama anak pertama saya untuk mengambil motor saya dan saya bisa pulang naik grab sendirian. Ya Allah berat sekali rasanya saat itu, anak saya yang harus mengendarai motor saya dalam keadaan stang motor miring... 😢ðŸ˜ðŸ˜ Saya terus berdoa dalam perjalanan mohon keselamatan kami semua, dan terus khusnudzon pada Allah atas semua kejadian itu... Alhamdulillah ala kuli hal...
Saat itu saya terpaksa harus cuti lebih awal dari seharusnya yang masih seminggu lagi saya mendapat cuti haji. Alhamdulillah ada klinik dekat rumah saya yang dapat membantu merawat luka saya dan memberikan surat keterangan dokter untuk saya izin bekerja selama masa pemulihan. Ayah saya menjenguk saya dan terlihat wajah beliau sangat sedih, beliau mendoakan kesembuhan saya yang hanya bisa berbaring di sofa ruang tamu karena kaki saya terasa sangat sakit untuk berjalan dan badan-badan gak karuan rasanya... Sedih sekali rasanya, sementara para calon jama'ah haji lainnya masih bisa olahraga jalan kaki untuk pesiapan haji, sementara saya hanya bisa merenung terbaring kesakitan... Allahuakbar... Saya terus berusaha menenangkan diri saya, pikiran saya, hati saya, terus berdoa dan berdzikir memohon ampunan dan kesembuhan...
Tiga hari berlalu dan luka saya masih meradang dan bengkak. Beberapa sahabat, tetangga dan saudara menjenguk saya. Banyak rekomendasi untuk kesembuhan saya. Rasanya apapun akan saya lakukan agar segera sembuh. Bahkan untuk berjalan ke kamar mandi saja saya kesakitan sekali... Astaghfirullah...
Saat salah seorang sahabat saya datang ke rumah, saya sampaikan rekomendasi pengobatan dari beberapa teman untuk menggunakan obat luar yang keras tetapi sangat cepat mengeringkan luka. Langsung saja tanpa berpikir panjang, sahabat saya mengambilkan obat itu di rumah adiknya dan mengobati saya berharap saya segera sembuh. Masha Allah... Rasanya perih setengah mati saat luka saya disiram obat itu tapi saya tahan sekuat tenaga berharap segera sembuh dan bisa berjalan lagi ya Allah... ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜
Alhamdulillah hari berikutnya luka saya mulai kering tetapi saat saya coba untuk turun dari sofa, aliran darah terasa sangat cepat turun ke kaki dan nyerinya luar biasa, saya sampai 'ngesot' untuk ke kamar mandi. Saya tidak berani minum banyak karena takut kalau sering ke kamar mandi, saat itu saya hanya ke kamar mandi pagi dan malam menjelang tidur. Ya Allah rasanya tidak karuan saat itu benar-benar Allah sedang menguji kesabaran dan keteguhan niat saya menjelang keberangkatan ke tanah suci yang tinggal menghitung hari...
Saya mencoba terus berpikir positif, khusnudzon selalu sama Allah, bahwa apapun yang sedang saya alami saat itu pasti membawa hikmah yang luar biasa... Saya jadi melatih anak-anak saya mandiri sebelum saya berangkat dan saya juga tidak kecapekan karena harus wira-wiri ke rumah ayah untuk menerima tamu yang terus berdatangan, sempat saya berpikir untuk menginap di rumah ayah sebelum kejadian kecelakaan itu. Sedih sekali rasanya tidak bisa mendampingi ayah saya menemui tamu-tamu yang datang ke rumah ayah menjelang keberangkatan haji. Ternyata Allah menyuruh saya istirahat di rumah bersama anak-anak saya untuk melatih dan melihat mereka belajar mandiri mengurus rumah, menyiapkan makanan dan membantu mengurusi kebutuhan ayah mereka.
Waktu tinggal seminggu lagi sebelum keberangkatan, saya makin galau karena luka saya belum juga membaik malah makin parah karena merembes air bening bercampur darah dari luka saya yang terlihat kering dari luar, rasanya sangat perih dan nyeri luar biasa... Lalu saya teringat kakak ipar saya yang bekerja di puskesmas dan langsung berkonsultasi dengan beliau. Saya dirawat ulang dari awal lagi. Ya Allah... Luka saya dikelupas lagi seperti semula untuk mengobati jaringan dalam dari awal. Allahuakbar... Saya pasrah... Sayapun sama sekali belum packing koper besar dan kecil saya, padahal koper besar harus segera dikirim ke PLHUT beberapa hari sebelum keberangkatan.
Ayah saya sampai terpikir untuk mencarikan kursi roda untuk saya, tapi saya menolak dan terus berdoa meminta keajaiban pada Allah berharap bisa segera sembuh dan bisa berjalan normal lagi tidak sampai menggunakan kursi roda supaya tidak merepotkan ayah saya. Selama dirawat ulang oleh kakak ipar, saya mencoba lebih menenangkan pikiran dan baru terbesit untuk mencari informasi tentang penyembuhan luka lewat Google, lalu saya menemukan sebuah salep untuk luka dan mencoba mengobati luka saya dengan salep itu sambil melakukan perawatan mandiri membersihkan luka saya sesuai yang diajarkan oleh kakak ipar saya.
Setiap hari saya melatih kaki saya, memaksa kaki saya untuk tetap bergerak pelan-pelan dan turun dari sofa agar tidak kaku. Alhamdulillah, tiga hari menjelang keberangkatan nyeri di kaki saya mulai terasa berkurang dan saya mencoba kuat berjalan ke kamar mandi sendiri tanpa dituntun anak/suami saya. Masha Allah bahagia sekali rasanya ada kemajuan... Lalu saya mulai bersemangat untuk melatih dan memaksa diri berjalan di dalam rumah, dan mencoba packing koper besar dibantu oleh anak kedua saya. Tubuh saya terasa sangat mudah capek saat itu, kaki saya juga belum leluasa bergerak, masih terasa sakit karena bengkak. Alhamdulillah selesai juga packing koper besar sekaligus koper kecil saat itu.
Hari berikutnya, saya makin merasa lebih kuat berjalan meskipun masih terasa bengkak, lalu saya diajak anak saya untuk latihan berjalan keluar rumah, dan alhamdulillah sehari sebelum berangkat saya bisa berjalan sepanjang 1 km bersama anak saya yang kedua. Allahuakbar... Kasih sayang Allah begitu nyata, saya berangsur-angsur pulih menjelang keberangkatan. Saya makin mantap untuk bisa berangkat bersama ayah saya ke tanah suci. Bismillah... Sehari sebelum keberangkatan saya mencoba beraktivitas di rumah seperti biasa, beberes rumah untuk saya tinggal selama 40 hari kedepan 😢ðŸ˜ðŸ˜
Hari saya terasa sangat berat saat itu, saya membayangkan harus jauh dari anak-anak saya, selama 40 hari... Ya Allah berikan perlindungan untuk kami selama kami berjauhan... Lindungi anak-anak kami selama hamba berada lebih dari 5000 mil jauh dari mereka... Malam sebelum hari terakhir itu, saya menangis dan serasa seperti jantung berdegup sangat kencang dengan tiba-tiba, keringat dingin mulai muncul, saya panik dan menenangkan diri sambil istighfar. Mungkin saya hanya merasa banyak pikiran dan tegang selama ini. Setelah saya bisa menenangkan diri, saya menghampiri suami di kamarnya dan memeluknya, meraih tangannya dan meminta ridhonya untuk besok berangkat ke tanah suci. Rasanya berat sekali akan meningggalkan suami dan anak-anak untuk pergi jauh cukup lama meninggalkan mereka. Alhamdulillah suami menguatkan saya dan memberikan doa restu untuk saya berangkat ke tanah suci, saya berjanji akan mendoakannya dan juga anak-anak kami di tanah suci. malam itu suami mengingatkan saya untuk mengecek tensi, dan benar saja tensi saya sangat tinggi saat itu, 170/110. Subhanallah... Lalu saya minum obat tensi yang selama saya sakit sempat saya skip karena lupa. Malam itu terasa panjang, lantunan ayat suci mengantarkan saya untuk bisa tenang dan beristirahat.
Hari terakhir menjelang keberangkatan, alhamdulillah saya sudah dapat beraktivitas seperti biasa. Rasa nyeri luar biasa di kaki saya sehabis kecelakaan dua pekan lalu sudah jauh berkurang... Allahuakbar... Alhamdulillah... Saya cek tensi juga alhamdulillah sudah turun, meski masih di angka 140/90. Saya benar-benar merasakan keajaiban itu bahkan sebelum berangkat ke tanah suci. Terima kasih ya Allah...
Pelan-pelan saya mulai bangkit dan mencoba menyemangati diri sendiri. Sore hari setelah ashar saya harus berangkat. Siang itu sehari sebelum berangkat saya banyak terdiam, termenung, berdoa, mengecek seluruh kondisi rumah yang akan segera saya tinggalkan, memastikan semuanya sesuai yang saya harapkan. Hingga tiba saatnya saya harus bersiap untuk pergi, sore itu saya mengenakan batik seragam haji dan pakaian hitam dengan jilbab hitam. Anak-anak, suami dan ibu mertua sayapun sudah bersiap untuk mengantar saya. Sesaat sebelum berangkat, saya dan anak-anak berada di kamar, kami ngobrol-ngobrol, berfoto bersama dan saling berpelukan... Tak bisa dijelaskan dengan kata-kata perasaan kami saat itu. Menetes air mata saya, lalu salah satu anak saya mengatakan anggap ini healingnya umi ya... Umi gak boleh sedih... Seketika pecah tangis haru kami saat itu...
Jam 3 sore kami berangkat menuju rumah ayah saya, disana kami bertemu saudara-saudara yang sudah siap mengantar kami ke pendopo. Ada adik saya juga yang pulang dari Pekalongan bersama keluarga kecilnya saat itu ikut melepas keberangkatan saya dan ayah saya, bernar-benar terharu... Ya Allah... Kami diajak sholat Ashar dulu di masjid dekat rumah ayah saya, dan ternyata disana kami disambut dengan pelepasan dan doa dari warga jama'ah masjid Al Ikhlas. Makin terharu rasanya...
Acara belum selesai, tetapi saya sudah mendapatkan beberapa panggilan dari teman-teman satu regu saya yang ternyata sudah sampai di dalam bus dan tinggal menunggu ayah dan saya. Lalu kami bergegas melaju ke pendopo diantar menggunakan 2 mobil. Disana kami langsung diarahkan naik bus rombongan 1 oleh petugas dari KBIHU yang mendata keberangkatan calon jama'ah haji. Saat itu kami masih punya beberapa menit waktu untuk berfoto dengan keluarga sebelum naik bus. Sayangnya adik saya tidak bisa ikut masuk karena naik motor ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜
Sebelum naik bus, saya bersalaman dengan semua keluarga yang mengantar, berpelukan dengan anak-anak saya. Air mata tak kuasa kami bendung saat itu... ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜
Setelah itu saya dan ayahpun naik ke dalam bus, kami duduk di kursi belakang. Terlihat dari jendela bus, anak-anak saya melihat dari halaman pendopo, beberapa menit kami masih ada kesempatan saling melihat dari dalam bus. Saya terus berdoa, menitipkan anak-anak saya, keluarga saya kepada Allah Yang Maha Penyayang... Semuanya akan baik-baik saja, insha Allah...
Comments
Post a Comment