Bagian ini hanya sebagian cerita terindah yang sangat ingin saya abadikan sebagai pengingat diri, dengan harapan juga bisa memberikan motivasi untuk siapapun yang telah meluangkan waktu berharganya untuk membaca tulisan saya, agar selalu optimis bahwa undangan istimewa itu akan segera datang (lagi), dengan menjadi tamuNya di tanah suci dan bisa merasakan kedamaian, kenikmatan dan ketenangan hati seperti yang saya rasakan selama disana... Aamiiin...
Kembali dari Mekkah saya tersadar, perjalanan Haji bersama ayah kemarin bukan sekedar sebuah perjalanan biasa... Perjalanan itu adalah perjalanan kembali, bukan hanya ke suatu tempat, tetapi kembali pada diri saya sendiri untuk mensucikan diri meminta ampunanNya di bawah langit Ka'bah...
Diantara jutaan tempat paling sibuk di Bumi ini, di Baitullah, saya menemukan dunia dengan waktu yang berjalan lambat tanpa distraksi, kedamaian, ketenangan, dan tujuan yang pasti, perasaan yang belum pernah saya alami sebelumnya dimanapun saya berada. Saya benar-benar menyadari betapa kecilnya masalah-masalah yang selama ini saya hadapi dibandingkan dengan betapa luasnya anugerah yang diberikan oleh Allah, kedekatan hati yang saya rasakan saat berada di dekat dan mengelilingi Ka'bah, Ya Allah betapa saya sangat membutuhkan kedekatan itu setiap saat...
Sebulan telah berlalu sejak kepulangan saya dari tanah suci. Sekarang saya telah kembali lagi ke rutinitas dunia yang berjalan dengan sangat cepat dan penuh berbagai distraksi. Kembali dari Mekkah, saya bukan hanya kembali ke tanah air, ke kampung halaman, tetapi saya berharap bisa kembali untuk lebih memahami indahnya kedekatan denganNya... Disana, hidup kami ibarat hanya mengisi waktu untuk menanti setiap waktu sholat dengan beribadah, berdzikir, membaca Al Qur'an, mengunjungi tempat-tempat indah bersejarah, menikmati suasana kota suci dan bertemu dengan saudara-saudara muslim sedunia yang memiliki tujuan sama, melakukan semuanya hanya untuk Allah, hanya untuk meraih ridho Allah.
Mecca... I'm coming... 😍😍😍
Rasanya tak terlukiskan ketika akhirnya setelah apayang saya alami menjelang keberangkatan, saya ternyata masih diizinkan Allah untuk menginjakkan kaki di kota suci tempat Nabi Muhammad SAW dilahirkan, Mekkah. Masih tak percaya saat itu saya dan ayah sudah berada di Haramain... Makkah... Ya Allah...
Alhamdulillah, Allahuakbar... Labbaik Allahumma Labbaik... Labbaikala syarikalaka labbaik... Innalhamda, wanni'mata, laka wal mulk, laa syarikalak...
Takkan pernah lupa setiap moment sulit selama ini saat saya berjuang melawan setiap perasaan negatif yang datang dan pergi, setiap rasa sakit di tubuh yang saya rasakan setelah kecelakaan itu, semuanya ternyata menguatkan hati saya untuk menghadapi ujian hidup yang bagi saya tidak mudah dilewati...
Sungguh perjalanan Haji itu merupakan hal terbaik yang pernah terjadi dalam hidup saya ketika Allah yang Maha Pengampun mengizinkan saya yang penuh dosa ini bisa merasakan vibes negeri impian setiap Muslim, Mekkah Saudi Arabia. Rasa syukur yang begitu besar takkan pernah cukup untuk memuji Allah, saya merasa belum pantas menerimanya... Ya Allah, Engkau sungguh baik, Engkau penulis skenario kehidupan terbaik, saya tak pernah menyangka akan sampai di sana secepat ini...
Pagi itu, di hari pertama saya tiba di Mekkah, dalam keadaan berihram. Saya harus bisa menjaga semua larangan ihram. Saat itu saya berkata pada diri sendiri bahwa mulai hari itu dan seterusnya bahkan sampai larangan ihram telah selesai, saya harus berhati-hati memikirkan segala sesuatu karena saya berada di Haramain, tempat suci di mana segala sesuatu bisa terjadi segera setelah kita memikirkannya atau berdoa untuk itu. Allah akan mengabulkan keinginan kita atau memberi kita pelajaran segera setelah kita melakukan sesuatu yang buruk di sana. Masha Allah...
Saat itu saya lapar sekali, dan sangat ingin makan sesuatu yang saya suka, berharap bisa menikmati hidangan apapun jamuan dari Allah selama saya di sana. Tak lama kemudian, seseorang mengetuk pintu kamar kami dan mengantarkan 5 kotak makan siang untuk saya dan teman-teman sekamar. Saya sangat terkejut ketika membuka kotak makan siang itu, tersaji nasi, ayam goreng crispy, dan kentang goreng yang saya suka. Sungguh hidangan yang sangat lezat bagi saya. Alhamdulillah sungguh nikmat yang luar biasa... Terima kasih atas jamuan makanan selamat datangnya ya Allah...
Hari-hari pertama saat saya berada di Mekkah sebelum melaksanakan puncak haji, saya lebih banyak menghabiskan waktu istirahat menjaga kondisi tubuh di kamar hotel dan beribadah di mushola hotel. Teman-teman sekamar saya semuanya lebih tua dari saya, seusia ibu saya, bahkan ada yang berusia 70th, yang termuda 10 tahun diatas saya. Saya sering mendapat nasehat dari mereka dan lebih banyak mendengarkan. Mereka menasehati untuk cukup sholat fardhu di mushola hotel saja sebelum puncak haji supaya saat puncak haji nanti tubuh fit dan kuat menjalani semua rangkaian ibadah fisik haji.
Hari pertama seharian kami hanya beristirahat di hotel, setelah sholat Ashar kami bersama pembimbing melakukan umrah wajib. Saat itu kami mulai merasakan panasnya cuaca Ashar di tanah suci, Allahuakbar... Suhunya mencapai 47 derajat celcius. Saat itu kami naik bus sholawat pertama kali, tidak dipungut biaya sama sekali alias gratis. Alhamdulillah... Jalur yang melewati hotel kami nomor 16. Tidak jauh perjalanan yang kami tempuh hanya 10 menit sampai ke Masjidil Haram, bahkan kami juga bisa berjalan kaki sampai sana karena wilayah hotel kami di Jarwal, sangat dekat dengan Masjidil Haram. Bahkan kami bisa dengan jelas melihat Zam Zam Tower dari hotel. Alhamdulillah, satu lagi kemudahan dari Allah...
Sore itu, setelah turun dari bus sholawat no. 16 tiba di terminal Jabbal Ka'bah, kami masih berjalan kaki sekitar 300 m sampai Masjidil Haram. Langkah kaki terasa sangat ringan bahkan saya sudah tidak merasakan sakit atau nyeri apapun di kaki bekas kecelakaan dua minggu yang lalu. Masha Allah... Saya berjalan bersama rombongan KBIHU bersama pendamping kami. Takjub rasanya saat mata ini melihat langsung Zam Zam Tower dari dekat menuju Masjidil Haram... Saya menggandeng erat tangan ayah, dengan air mata haru menetes di pipi. Ayah berjalan dengan penuh semangat. Kami menuju pintu/gate 79 pertama kali.
Saat memasuki pintu itu, perasaan saya bercampur aduk... Ya Allah, kami akan segera melihat Ka'bahMu... Kami melepas alas kaki dan tanpa henti berdzikir berdoa sembari memasuki Masjidil haram pertama kali. Mataku terkagum melihat suasana di dalam Masjidil Haram, melihat ke atas, bangunan masjid itu sangat indah, dengan lampu-lampu besar dan atap yang memiliki arsitektur khas. Banyak sekali saudara muslim seluruh dunia masuk bersama kami, berdesakan sampai tidak terasa buku panduan doa yang saya kalungkan di leher hilang entah saat dimana. Kami terus berjalan menyusuri ruangan lantai 2 menuju eskalator untuk turun ke lantai 1 melakukan thawaf pertama kali.
Berdebar rasanya saat dari kejauhan melihat Ka'bah. Kami turun naik eskalator menuju Ka'bah. Ada doa yang kami ucapkan setiap melihat Ka'bah. Saya menangis saat itu, rasanya tidak percaya bisa melihat Ka'bah dari dekat... Allahumma antassalam waminkas salam, fahayyina robbana bis salam... Ya Allah...
Saya terus menggandeng tangan ayah. Padat sekali di dekat Ka'bah. Semua orang dengan tujuan sama, berthawaf mengelilingi Ka'bah. Pelan-pelan saya bersama rombongan memasuki kepadatan lautan manusia seluruh dunia mengelilingi Ka'bah... Rasanya benar-benar pasrah saat itu. Saya terus menggandeng tangan ayah agar tidak terpisah. Cuaca panas terik matahari saat itu, dalam kerumunan manusia yang tinggi-tinggi dan kuat dari berbagai penjuru dunia. Ada rasa takut dan khawatir saat harus berdesakan, tetapi rasa itu langsung saya alihkan dengan rasa pasrah kepada Allah terus berdzikir tanpa henti dan berdoa memohon ridhoNya. Rasa khawatir dan takut itu dengan mudah saya lawan dengan rasa syukur yang luar biasa berjalan sangat dekat dengan Ka'bah meski berdesakan hampir tidak bisa berjalan dan bahkan terdorong desakan orang-orang yang lebih kuat.
Saya sangat terharu melihat ayah sangat bersemangat dan bahagia. Saat putaran pertama ayah berhenti di bawah talang emas dan menengadahkan tangan berdoa memohon kepada Allah, mendoakan keluarga kami, mendoakan semua anak cucu dan menantu beliau. Saya mengaminkan doa-doa disamping beliau. Masha Allah sedekat itu kami memohon, langsung di Baitullah, rumah Allah... Allahuakbar...
Subhanallah, walhamdulillah, wala'ilaha ilallah wallahuakbar... La khaula wala quwwata ilabillah...
Ayah saya mulai terlihat lelah karena terik matahari dan berdesakan. Tiba-tiba kami merasakan kesegaran di wajah kami seperti embun sejuk, ternyata ada seorang ibu dari rombongan kami yang menyemprotkan air ke wajah kami, sangat menyejukkan dan seperti memberikan kekuatan untuk kami terus berjalan dalam kerumunan manusia saat itu selama 7 kali putaran. Terima kasih Bu, Allah yang membalas kebaikan Ibu yang menyemprotkan air sejuk ke wajah kami. Alhamdulillah... Ayah mengajak saya mendekati dinding Ka'bah. Semakin mendekati semakin padat kerumunannya. Masha Allah luar biasa... Diantara banyak orang yang pastinya berkeringat, tetapi tidak sama sekali tercium bau keringat, malah saya hanya mencium harum kasturi sepanjang saya berada di Masjidil Haram...
Akhirnya saya bisa menyentuh dinding Ka'bah dibantu ayah saya yang membukakan jalan. Ya Allah, tangan saya menyentuh dinding Ka'bah pertama kali seperti memeluk Ka'bah, tidak sadar langsung pecah tangis saya saat itu. Saya sandarkan dahi ke dinding Ka'bah untuk pertama kali. Rasanya seperti lepas semua beban dan perasaan negatif. Rasa sangat tenang dan damai menyelimuti hati saya. Rasanya tak mau lepas dari pelukan hangat dan damai itu. Belum pernah saya merasakan sedamai dan sebahagia itu... Setelah beberapa saat kemudian saya dan ayah tetap harus melanjutkan thawaf.
Setelah selesai 7 kali putaran thawaf, saya dan ayah melanjutkan dengan sholat sunnah 2 rakaat di depan Maqom Ibrahim. Kami keluar dari kerumunan thawaf dan masih sangat padat mencari shof untuk sholat. kami tetap melakukan sholat sunnah bergantian saling menjaga meski agak susah karena sangat padat. Saat itu kami sudah terpisah dari rombongan, tetapi alhamdulillah kami bertemu dengan pasangan suami istri yang satu regu dengan kami.
Kami mencoba berjalan masuk ke area sa'i, menyusuri padatnya lautan manusia. Rasanya sangat haus sehingga kami memutuskan mencari air zam zam dulu untuk menyegarkan tenggorokan kami setelah berdesakan saat thawaf. Ada cerita lucu saat itu. Kami melihat galon air zam zam di belakang area sholat wanita. Saya dan teman saya mencoba masuk kesitu dan mengambil air zam zam, sementara ayah dan suami teman saya menunggu di luar pagar area sholat wanita tersebut. Kami mengambil air zam zam menggunakan gelas plastik yang telah tersedia disana. Saat kami ingin mengisi botol kami dengan air zam zam sebagai persediaan perjalanan sa'i nanti, penjaga galak sekali, maah-marah melihat kami menadah dengan botol. Kami tidak kurang akal, tetap diam-diam mengambil dengan gelas plastik dan diberikan ke ayah saya dan temannya yang membawa botol. Setelah itu, lucunya kami keluar dari area itu dengan masuk shof shalat wanita yang sedang menanti waktu sholat maghrib. Saya dan teman saya berhasil keluar dari area sholat tersebut, namun ayah saya dan temannya juga ikut menerobos area shof sholat wanita tersebut padahal mereka memakai pakaian ihram, dari kejauhan saya geli sendiri melihat pemandangan itu wkwkkwk
Alhamdulillah setelah menghadapi teriakan-teriakan askar, akhirnya kami bisa duduk santai menikmati air zam zam menghilangkan rasa haus sebelum melanjutkan perjalanan untuk sa'i. Kami sempat meluangkan waktu berfoto saat itu. Setelah rasa capek dan haus lumayan terobati, kami melanjutkan perjalanan mencari area sa'i karena kami terpisah dari rombongan.
Setiap bertemu dengan askar, saya bertanya dimana area sa'i, karena kami merasa bingung membaca petunjuk tulisan-tulisan disana. Kami berjalan terus dan mendengar suara adzan maghrib. Kami berhenti dan menggelar sajadah untuk melakukan sholat maghrib berjamaah di area jalan kaki karena belum menemukan tempat sholat. Kami tidak sendirian. Dimana-mana orang berhenti untuk sholat berjamaah. Setelah sholat maghrib. Imam masih melakukan sholat, dan kami baru sadar ternyata setelah sholat fardhu disana pasti diikuti dengan sholat jenazah.
Setelah sholat maghrib, kami melanjutkan perjalanan mencari area sa'i. Saya melihat ada eskalator dan disana ada tulisah "To Safa and Marwa". Kami langsung menaiki eskalator itu. Tidak seperti eskalator di mall, yang saat kita naik bisa melihat pemandangan dengan santai. Saat itu eskalator sangat padat. Ada beberapa ibu-ibu yang ada diatas kami heboh saat naik eskalator sampai mau jatuh. Rasanya bingung takut kejatuhan, naudzubillah, saya langsung istighfar dan berdoa memohon keselamatan dan kemudahan. Alhamdulillah kami sampai di lantai 3 area sa'i. Kami melihat lampu hijau terbentang panjang di area itu, menandakan area sa'i. Kami langsung menuju ke area Sofa untuk memulai sa'i. Kami menyusuri jalan area sa'i dengan berdoa dan berdzikir, menyusuri bolak balik Sofa dan Marwa selama 7 kali. Kami belum menemukan rombongan kami saat itu.
Kaki saya mulai terasa pegal biasa seperti wajarnya kita berjalan jauh. Kalau dihitung kami melakukan perjalanan menuju thawaf, lalu thawaf 7x, mencari areasa'i dan berjalan antara Sofa dan Marwa total sepanjang kurang lebih 10 km. Allahuakbar... Ajaibnya kaki saya tidak terasa nyeri untuk berjalan, bahkan yang semula bengkak menjadi kempes... Alhamdulillah...
Kami menyelesaikan sa'i pukul 11 malam, dan alhamdulillah kami bertemu rombongan di putaran terakhir dan berdoa bersama setelah selesai sa'i. Setelah itu kami melakukan tahalul dan beristirahat, berfoto bersama di pinggir area sa'i. Sangat lelah, tetapi sangat lega dan bahagia...
Alhamdulillah ya Allah, satu rangkaian haji selesai kami laksanakan malam itu. Kami pulang ke hotel dan beristirahat. Kami mempunyai waktu seminggu untuk istirahat menyiapkan fisik sebelum puncak haji berangkat ke Arafah, Muzdalifah dan Mina. Dalam rentang waktu istirahat tersebut, saya bersama dua orang teman berbeda kamar mencoba janjian ke Masjidil Haram, berangkat pukul 2.30 dini hari. Kami naik bus sholawat bersama dan mencari shof untuk sholat tahajud dan subuh disana. Kami masuk ke pintu 79 dan sampai di lantai 1 depan Ka'bah, kami dengan mudah menemukan shof dengan pemandangan langsung ke Ka'bah, masha Allah rasanya tidak bisa dideskripsikan dengan kata-kata.
Setelah sholat tahajud, kami menunggu waktu sholat subuh sambil membaca Alqur'an dan beristirahat sejenak. Kami bisa melihat jam melalui Zam zam Tower di depan kami seperti jam raksasa. Terdengar suara adzan subuh, saya merekam moment itu sebagai kenangan saat saya kembali nanti. Setelah sholat subuh, saya masih ada di area sholat depan Ka'bah, menunggu waktu sholat dhuha. Saat itu saya belum berani melakukan thawaf sendirian. Saya dan kedua teman saya tetap berada di area sholat sambil menatap Ka'bah dan berdoa. Setelah sholah dhuha, teman saya meminta saya memotretkan dirinya dengan background Ka'bah, lalu saya ditawari untuk bergantian difoto. Awalnya saya malu dan tidak ingin berselfie di depan Ka'bah, tetapi teman saya mengatakan untuk kenangan saat kembali nanti pasti akan rindu tempat ini. Lalu saya mengiyakan.
Setelah itu, kami pulang menjelajah jalan yang berbeda, dan ternyata kami keluar di pintu 64, lehih dekat dengan jalan keluar dari Masjidil Haram menuju terminal. Dalam perjalanan kami msaih saja terkagum-kagum dengan area sekitar Masjidil Haram. Kami meminta orang asing yang lewat untuk memfoto kami bertiga, hehe... Alhamdulillah ada orang baik yang memfotokan kami. Setelah itu kami kembali ke hotel berjalan kaki, saat itu masih jam 7 pagi. Kami berjalan menyusuri area pertokoan di Mekkah. Saya dan seorang teman mampir ke sebuah toko yang menjual aksesoris wanita dan gamis-gamis khas Saudi Arabia. Teman saya mencoba beberapa gamis disana, sementara saya lebih tertarik membeli pernak pernik seperti gelang untuk oleh-oleh.
Perjalanan dari Masjidil Haram ke hotel terasa seperti perjalanan dari rumah saya ke CFD saat hari minggu pagi jogging bersama anak-anak saya. Jaraknya kurang lebih seperti itu. Sepanjang jalan, banyak sekali blower kipas angin di kanan kiri trotoar. Masha Allah memang sangat dibutuhkan karena cuaca yang sangat panas disana. Satu hal yang saya tidak nyaman saat berada di Mekkah, saya mendapatkan kamar hotel dengan AC yang tidak bisa disetting suhunya tetap 16derajat dengan suara blower yang cukup berisik. Alhamdulillah kami saling memahami, ada beberapa yang tidak suka AC dan ada beberapa yang suka AC. Meski begitu, saya tetap berusaha menikmati waktu di hotel Makkah dan selalu berusaha berpikir positif menghadapi ujian kesabaran disana, apalagi 30 hari tidur di kamar itu, mau tidak mau harus beradaptasi baik dengan ruangan berAC maupun dengan teman-teman sekamar yang usianya berbeda sangat jauh. Alhamdulillah semuanya baik dan saling membantu.
Beberapa hari berlalu dan tiba saatnya kami menuju Armuzna. Kami diberikan pengarahan di mushola hotel oleh pembimbing kami yang luar biasa. Beliau menyampaikan secara detail persiapan yang harus kami lakukan menjelang Armuzna/puncak haji. Kami mengambil nafar tsani, dimana kami berangkat ke Mina terlebih dahulu mengikuti sunnah Rasulullah SAW untuk mencari bekal makanan dan buah-buahan sebelum ke Arafah. Saya mencatat semua informasi dan alur kegiatan di HP untuk memudahkan persiapan menuju Armuzna.
Comments
Post a Comment