Kali ini, yang kedua kalinya saya terbangun lagi dari mimpi di malam yang nyaman seperti ini, dengan suhu udara yang hangat walaupun di luar hujan rintik-rintik...
Mimpi yang indah itu selalu membuat saya terjaga, mimpi yang benar-benar membawa saya ke alam mimpi, yang saya berharap akan menjadi kenyataan yang indah suatu waktu nanti, dengan izinNya... aaamiiiin... 😍😍😍
Sadar, saya hanyalah orang yang lemah, dengan segala ketidaksempurnaan, terkadang saya berpikir beraninya saya bermimpi seindah itu... Keberanian saya hanya karena keyakinan pada Sang Pencipta yang bagiNya, tidak ada yang tidak mungkin... Allah... kabulkanlah mimpiku ini... Jika ini baik untukku dan bermanfaat untuk negeriku...
Ini adalah bagian dari cita-cita saya sejak kecil. Allah selalu mengabulkan apa yang saya minta sejauh ini. Dulu di masa kecil saya, di saat acara televisi dan gadget belum meracuni pikiran anak-anak di masa itu, permainan yang paling saya gemari selain lompat karet, bola bekel, desain rumah dari tanah di halaman depan rumah dan coret-coret kapur di atas lantai rumah, petak umpet sampai bergantian pakaian dengan teman, dan masih banyak lagi. Dari semua permainan itu ada satu yang belum saya sebutkan yang paling membuat saya bahagia adalah ketika saya mengumpulkan semua teman-teman saya dan adik saya untuk bermain sekolah-sekolahan, dan sayalah yang menjadi guru mereka... 😍😍😍😅😅😅
Entah mengapa saya senang melakukannya bahkan hingga lulus SD. Saat SMP, saya mulai mempunyai 'dunia baru', lingkungan sekolah baru dan teman-teman yang pandai, dan entah mengapa hal itu bukan malah membuat saya semakin bersemangat, tapi malah sebaliknya, Lia remaja menjadi sangat pemalu dan tidak termotivasi...
Saya memang bersekolah di sekolah favorit kala itu, tapi entah mengapa tidak bisa belajar banyak hal. Padahal banyak teman-teman yang aktif, cerdas, tapi saya merasa tidak ada yang istimewa dalam diri saya, dan proses pembelajaran di sekolah hanyalah proses yang harus saya jalani sesuai usia saya, tidak ada visi kedepan akan bagaimana, belum tahu minat saya sebenarnya di bidang apa, ingin melakukan hal besar apa saat dewasa nanti, akan memilih profesi seperti apa... Semuanya belum terpikirkan dan belum ada inspirasi sedikitpuuuun... entah ini karena kebodohan saya atau...
Sistem pendidikan kita...
Bahkan hingga saya menduduki bangku SMA, kegalauan itu makin menjadi ketika saya dihadapkan dengan pilihan jurusan di sekolah. Bagaimana saya harus memilih hanya dua jurusan IPA atau IPS?
Melihat latar belakang minat saya, di SMP tidak ada pelajaran favorit selain Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris, karena sebagai murid kala itu, saya menilai kemampuan guru Bahasa Indonesia saya keren sekali, mengajarnya rapi dan berkarakter 😉 Bukan berarti guru yang lainnya tidak bagus, hanya saya yang belum terinspirasi... 😊 Apalagi Matematika yang selalu menjadi mimpi buruk... kegelisahan selalu menyelimuti hari-hari saya setiap ada pelajaran Matematika... 😓😓😓
Saat SMA, saya suka sekali pelajaran Biologi, dan lagi-lagi, karena gurunya pandai membawa saya ke dunia Sains, nilai Biologi saya selalu hampir sempurna. Saya suka sekali setiap ada percobaan Biologi di lab, saya suka bereksperimen, tetapi sayangnya saya lemah di bidang Matematika, yah untuk memilih jurusan IPA sudah pasti saya akan berhadapan dengan Fisika dan Kimia... Sementara di jurusan IPS, sudah pasti saya akan berhadapan dengan yang tidak saya mengerti sampai sekarang, Akuntansi, Ekonomi, hal yang saya suka dari jurusan IPS hanya saat guru mendongeng Sejarah atau Sosiologi dan Antropologi.
That was hard... Dihadapkan hanya dua pilihan yang membingungkan, dan akhirnya saya harus mengorbankan Biologi untuk menghindari Fisika, Matematika dan Kimia. Untuk itu saya mau tidak mau harus rajin menghafal teori-teori di IPS. Say good bye pada minat saya di bidang bahasa... karena untuk belajar di jurusan bahasa, saya harus rela pindah sekolah, padahal sudah tinggal setahun di SMA. Haduuuuuuh... Makin galau ketika lulus sekolah, walaupun di kelas IPS alhamdulilah lulus dengan nilai di peringkat kedua (yah, yang kedua tidak akan pernah diingat karena mereka akan selalu ingat siapa yang pertama). Setelah lulus masih saja bingung, walaupun saat disuruh mengisi kolom cita-cita pada buku kenangan alumni, saya menulis ingin menjadi 'dosen', yaaaah agak jauh dari profesi saya sekarang sih (jenjangnya yang jauh, tapi jenisnya tetap pengajarlah 😄😄😄)
Lulus SMA ada keinginan kuat harus melanjutkan belajar, karena saya menyadari kemampuan orang tua saya, hanya ayah yang bekerja untuk menanggung saya dan kelima adik saya, maka saya harus bisa diterima di universitas negeri yang lebih murah. Masih saja dihadapkan pilihan ketika mengambil jurusan tes UMPTN, karena saya dari IPS, ya mengambil jurusan IPS juga, tapi minat bahasa terus lanjut, saya pilih jurusan Bahasa Inggris di UNNES (atas saran dari ibu yang mengingatkan akan cita-cita masa kecil saya) dan satu jurusan idealis saya, Hubungan Internasional di UGM qkkqkqk gak mikir panjang dan yang pasti doa ibulah yang terkabul hingga membawa saya seperti sekarang... Alhamdulilah... terimakasih mama... Jika bukan karena doa mama, entah tersesat kemana saya... 😄😄😄
Dan sekarang alhamdulillah karena restu ibu yang saya dapatkan, menjadi guru adalah passion saya. Tetapi makin saya belajar menjadi guru yang lebih baik, saya justru makin gelksah dengan sistem pendidikan yang ada sekarang. Saya sudah ceritakan tentang masa sekolah saya dulu, banyak hal yang sebagai murid dulu, saya masih belum puas menjalani pendidikan.
Kurikulum pendidikan selalu berubah, dengan segala revisi di sana sini, tetapi menurut saya tetap peran terbesar adalah ada di tangan bapak dan ibu guru sendiri sebagai agen perubahan... Tentunya juga tidak lepas dari peran kedua orang tua, karena semua berangkat dari keluarga. Saya tidak akan mengkritik sistem pendidikan di negara ini, sangat kompleks berbicara mengenai itu, dan saya pikir ilmu yang saya dapatkan sejauh ini masih sangat kurang untuk berbicara mengenai sistem kurikulum.
Saya hanya guru yang merasakan teriakan hati nurani ketika saya harus dihadapkan dengan sistem KKM pada penilaian, yang sebenarnya justru memposisikan siswa pada zona nyaman mereka dan tidak mempunyai daya juang yang tinggi. Berbicara mengenai minat, semua anak dianggap mempunyai minat sama terhadap semua mata pelajaran yang jumlahnya membuat mereka malas mengikuti pelajaran, dengan seabreg tugas take home yang mengharuskan mereka pergi ke warnet dan jangan bingung kalau mereka ternyata ke warnet hanya main game online... 😓😓😓
Itu hanyalah sebagian kecil dari sistem pendidikan yang sudah seharusnya direvolusi...
Yah... inilah mimpi saya, sistem pendidikan bisa berubah, belajar banyak hal seperti sistem pendidikan terbaik di dunia, FINLANDIA...
Mimpi yang indah itu selalu membuat saya terjaga, mimpi yang benar-benar membawa saya ke alam mimpi, yang saya berharap akan menjadi kenyataan yang indah suatu waktu nanti, dengan izinNya... aaamiiiin... 😍😍😍
Sadar, saya hanyalah orang yang lemah, dengan segala ketidaksempurnaan, terkadang saya berpikir beraninya saya bermimpi seindah itu... Keberanian saya hanya karena keyakinan pada Sang Pencipta yang bagiNya, tidak ada yang tidak mungkin... Allah... kabulkanlah mimpiku ini... Jika ini baik untukku dan bermanfaat untuk negeriku...
Ini adalah bagian dari cita-cita saya sejak kecil. Allah selalu mengabulkan apa yang saya minta sejauh ini. Dulu di masa kecil saya, di saat acara televisi dan gadget belum meracuni pikiran anak-anak di masa itu, permainan yang paling saya gemari selain lompat karet, bola bekel, desain rumah dari tanah di halaman depan rumah dan coret-coret kapur di atas lantai rumah, petak umpet sampai bergantian pakaian dengan teman, dan masih banyak lagi. Dari semua permainan itu ada satu yang belum saya sebutkan yang paling membuat saya bahagia adalah ketika saya mengumpulkan semua teman-teman saya dan adik saya untuk bermain sekolah-sekolahan, dan sayalah yang menjadi guru mereka... 😍😍😍😅😅😅
Entah mengapa saya senang melakukannya bahkan hingga lulus SD. Saat SMP, saya mulai mempunyai 'dunia baru', lingkungan sekolah baru dan teman-teman yang pandai, dan entah mengapa hal itu bukan malah membuat saya semakin bersemangat, tapi malah sebaliknya, Lia remaja menjadi sangat pemalu dan tidak termotivasi...
Saya memang bersekolah di sekolah favorit kala itu, tapi entah mengapa tidak bisa belajar banyak hal. Padahal banyak teman-teman yang aktif, cerdas, tapi saya merasa tidak ada yang istimewa dalam diri saya, dan proses pembelajaran di sekolah hanyalah proses yang harus saya jalani sesuai usia saya, tidak ada visi kedepan akan bagaimana, belum tahu minat saya sebenarnya di bidang apa, ingin melakukan hal besar apa saat dewasa nanti, akan memilih profesi seperti apa... Semuanya belum terpikirkan dan belum ada inspirasi sedikitpuuuun... entah ini karena kebodohan saya atau...
Sistem pendidikan kita...
Bahkan hingga saya menduduki bangku SMA, kegalauan itu makin menjadi ketika saya dihadapkan dengan pilihan jurusan di sekolah. Bagaimana saya harus memilih hanya dua jurusan IPA atau IPS?
Melihat latar belakang minat saya, di SMP tidak ada pelajaran favorit selain Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris, karena sebagai murid kala itu, saya menilai kemampuan guru Bahasa Indonesia saya keren sekali, mengajarnya rapi dan berkarakter 😉 Bukan berarti guru yang lainnya tidak bagus, hanya saya yang belum terinspirasi... 😊 Apalagi Matematika yang selalu menjadi mimpi buruk... kegelisahan selalu menyelimuti hari-hari saya setiap ada pelajaran Matematika... 😓😓😓
Saat SMA, saya suka sekali pelajaran Biologi, dan lagi-lagi, karena gurunya pandai membawa saya ke dunia Sains, nilai Biologi saya selalu hampir sempurna. Saya suka sekali setiap ada percobaan Biologi di lab, saya suka bereksperimen, tetapi sayangnya saya lemah di bidang Matematika, yah untuk memilih jurusan IPA sudah pasti saya akan berhadapan dengan Fisika dan Kimia... Sementara di jurusan IPS, sudah pasti saya akan berhadapan dengan yang tidak saya mengerti sampai sekarang, Akuntansi, Ekonomi, hal yang saya suka dari jurusan IPS hanya saat guru mendongeng Sejarah atau Sosiologi dan Antropologi.
That was hard... Dihadapkan hanya dua pilihan yang membingungkan, dan akhirnya saya harus mengorbankan Biologi untuk menghindari Fisika, Matematika dan Kimia. Untuk itu saya mau tidak mau harus rajin menghafal teori-teori di IPS. Say good bye pada minat saya di bidang bahasa... karena untuk belajar di jurusan bahasa, saya harus rela pindah sekolah, padahal sudah tinggal setahun di SMA. Haduuuuuuh... Makin galau ketika lulus sekolah, walaupun di kelas IPS alhamdulilah lulus dengan nilai di peringkat kedua (yah, yang kedua tidak akan pernah diingat karena mereka akan selalu ingat siapa yang pertama). Setelah lulus masih saja bingung, walaupun saat disuruh mengisi kolom cita-cita pada buku kenangan alumni, saya menulis ingin menjadi 'dosen', yaaaah agak jauh dari profesi saya sekarang sih (jenjangnya yang jauh, tapi jenisnya tetap pengajarlah 😄😄😄)
Lulus SMA ada keinginan kuat harus melanjutkan belajar, karena saya menyadari kemampuan orang tua saya, hanya ayah yang bekerja untuk menanggung saya dan kelima adik saya, maka saya harus bisa diterima di universitas negeri yang lebih murah. Masih saja dihadapkan pilihan ketika mengambil jurusan tes UMPTN, karena saya dari IPS, ya mengambil jurusan IPS juga, tapi minat bahasa terus lanjut, saya pilih jurusan Bahasa Inggris di UNNES (atas saran dari ibu yang mengingatkan akan cita-cita masa kecil saya) dan satu jurusan idealis saya, Hubungan Internasional di UGM qkkqkqk gak mikir panjang dan yang pasti doa ibulah yang terkabul hingga membawa saya seperti sekarang... Alhamdulilah... terimakasih mama... Jika bukan karena doa mama, entah tersesat kemana saya... 😄😄😄
Dan sekarang alhamdulillah karena restu ibu yang saya dapatkan, menjadi guru adalah passion saya. Tetapi makin saya belajar menjadi guru yang lebih baik, saya justru makin gelksah dengan sistem pendidikan yang ada sekarang. Saya sudah ceritakan tentang masa sekolah saya dulu, banyak hal yang sebagai murid dulu, saya masih belum puas menjalani pendidikan.
Kurikulum pendidikan selalu berubah, dengan segala revisi di sana sini, tetapi menurut saya tetap peran terbesar adalah ada di tangan bapak dan ibu guru sendiri sebagai agen perubahan... Tentunya juga tidak lepas dari peran kedua orang tua, karena semua berangkat dari keluarga. Saya tidak akan mengkritik sistem pendidikan di negara ini, sangat kompleks berbicara mengenai itu, dan saya pikir ilmu yang saya dapatkan sejauh ini masih sangat kurang untuk berbicara mengenai sistem kurikulum.
Saya hanya guru yang merasakan teriakan hati nurani ketika saya harus dihadapkan dengan sistem KKM pada penilaian, yang sebenarnya justru memposisikan siswa pada zona nyaman mereka dan tidak mempunyai daya juang yang tinggi. Berbicara mengenai minat, semua anak dianggap mempunyai minat sama terhadap semua mata pelajaran yang jumlahnya membuat mereka malas mengikuti pelajaran, dengan seabreg tugas take home yang mengharuskan mereka pergi ke warnet dan jangan bingung kalau mereka ternyata ke warnet hanya main game online... 😓😓😓
Itu hanyalah sebagian kecil dari sistem pendidikan yang sudah seharusnya direvolusi...
Yah... inilah mimpi saya, sistem pendidikan bisa berubah, belajar banyak hal seperti sistem pendidikan terbaik di dunia, FINLANDIA...
Many thanks to all of my teachers, may Allah bless you good health, happiness ever after...
mengharukan sekali...
ReplyDeletedari cerita bu lia diatas bisa memotivasi pembaca...
dari perjalanan bu lia kecil yg senang suka main sekolah sekolahan, dan bulia yg jd gurunya....:)hingga sekarang jadi guru bahasa.
itu memotivasi saya...untuk lebih berusaha lagi,ya...spt cerita bu lia diatas (mengambil jurusan IPS,tapi minat bahsa terus lanjut)...:):):):)