Skip to main content

Complicated

Awalnya aku ingin melanjutkan tulisanku yang lalu, jadi ini bagian keempat (dari tulisanku "Dia Menyapaku Part 1 - 3") hahaha, tapi malah jadi kayak drakor aja, episodenya panjang. Jadi aku tulis dengan judul yang berbeda, meski kontennya masih seputar monster ukuran nano itu.

Sesuai judul tulisannya, ruwet alias complicated. Yet, I really don't want to complicate and mess it up. Tujuanku menulis ini bukan untuk menambah keruwetan, tetapi semoga dapat memberikan sedikit pencerahan, setidaknya untuk diriku sendiri dulu. Itulah sebabnya tulisan ini aku masukkan ke dalam label pikiranku saja (mind of mine).

Sejak Maret 2020 lalu, kita semuanya sudah mulai berkenalan dengan si monster nano yang sudah makin ngehits itu. Disini aku tidak akan membahas tentang kebijakan pemerintah ataupun sesuatu yang nantinya akan menciptakan adanya perdebatan pro dan kontra.

Hayati lelah bang...

Semuanya sudah lelah...

I just want to lay down on a beach, let the sun hit my face, and forget about absolutely everything...


Kayak nikmat banget ya bisa gitu, what a sweet escape, tiduran di pantai, menikmati hangatnya sinar matahari dan bisa melupakan semuanya... ya, semuanya... gila dong wkkwk...

Sayangnya kita gak mungkin kan begitu, bisa melupakan semuanya seakan2 gak ada masalah...

Banyak hal yang kita rasakan sebagai dampak yang diakibatkan oleh pandemi yang berkepanjangan ini, dalam segala lini kehidupan kita. Akan menghabiskan banyak episode jika semuanya aku tulis, dan itupun baru sebatas yang aku tau, belum apa yang dialami orang lain pasti jauh lebih banyak dan ruwet juga... Awalnya kita berpikir hanya 14 hari saja akan selesai semuanya, kenyataannya sejak Maret 2020, sampai sekarang Januari 2021, kondisinya makin ruwet dan kita semuanya gak tau sampai kapan...

Dari mulai aktivitas yang serba dibatasi, sampai hal yang paling memprihatinkan di dunia pendidikan, lain waktu aku akan tulis dalam judul tersendiri tentang ini...

Aku penyintas virus covid-19 yang alhamdulillah sudah selesai menjalani masa karantina (isolasi mandiri) di rumah selama 14 + 3 hari (karena aku bergejala flu berat, demam dan anosmia). Aku menyelesaikan karantinaku seminggu lalu. 

Dan apa yang terjadi pada tubuhku setelah aku selesai karantina dan dinyatakan NEGATIVE dalam test swab antigenku pada 16 Januari 2021 lalu? Aku tidak tau... Hanya bisa merasakan bahwa nothing much has changed... 

Rasanya tidak banyak yang berubah, awalnya aku memang flu berat dan demam, alhamdulillah seiring waktu itu semuanya sudah hilang, begitu juga anosmiaku (hilang penciuman), aku sudah mulai bisa mencium aroma yang tidak harus didekatkan ke hidung lagi, meskipun saat makan aku belum bisa merasakan nikmatnya seperti biasanya. Rasa tidak beres di hidung dan tenggorokan sampai saat ini masih terasa. Linu di sendi kaki seperti saat aku menjalani karantina juga masih terasa. Bahkan nafasku kadang cepat sehingga terbatuk2, mudah ngos2an saat berbicara dan gampang sekali lelah...

Itu baru efek yang aku rasakan di tubuhku, yang mungkin orang lain anggap sepele... Belum dampak sosial yang aku rasakan setelah menjadi penyintas covid-19. Speechless rasanya...

You won't understand it unless you have felt it...

Tentunya saya tidak mendoakan siapapun bisa merasakannya dulu sebelum akhirmya memahami. Setelah apa yang saya dan keluarga alami selama ini, banyak hal yang menjadi pelajaran berharga... Seberat apapun itu pasti ada hikmah yang dikirimkan oleh Allah untuk hambaNya. 

Situasi rumit ini tidak akan berubah, jika kita tidak berusaha untuk mengubahnya, dari diri kita sendiri. Capek memang rasanya kalau kita liat banyak orang yang masih aja menganggap ini sbg konspirasi, sehingga mereka abai dan parahnya jadi memperpanjang pandemi ini... Kita semuanya tau pemerintah sedang berjuang mengatasi dengan vaksinasi. 

Ada sebuah video bagus yang semoga bermanfaat... Video ini membahas tentang terbentuknya ''herd community", salah satunya dg vaksinasi yang disampaikan oleh seorang dokter dg sumber yg dapat diketahui dg jelas di video. 


Semoga kita semuanya senantiasa diberikan kesehatan yang prima, dan pandemi segera berakhir, dunia kembali normal, tidak ada new normal lagi...


Comments

Popular posts from this blog

Manfaatkan Masa Mudamu dengan Cerdas, Wake Up Young Generations!

Here I'm going to write at a glance about you, young generations, the youth of the nation... This writing is especially dedicated for my students :)

Pesan Buat Seluruh Umat Manusia : The Meaning of Life (Subtitle Indones...

Saya menemukan video ini dari share salah seorang teman di facebook. Stop and think. Mari luangkan waktu sebentar untuk menonton video ini, jika kita ingin lebih menyadari untuk apa kita hidup di dunia... You Only Live Once?!

Pelajar dan Ponsel Pintar

          Perkembangan zaman semakin pesat seiring dengan makin canggihnya ponsel pintar (smart phone) dengan berbagai fungsi yang ditawarkan. Kini, ponsel pintar bukan merupakan barang langka yang hanya dimiliki oleh kalangan tertentu saja. Hampir semua orang sudah memiliki ponsel pintar, termasuk para pelajar SD, bahkan anak-anak balitapun sudah menerima bekas ponsel pintar orang tua mereka karena beberapa alasan, disamping untuk menghibur si anak agar tidak rewel dan juga kebutuhan orangtua memiliki ponsel yang lebih canggih mengikuti perkembangan teknologi. Para balita tersebut biasanya menjadi sangat asyik menonton konten apapun yang disajikan di media sosial. Balita tersebut tidak akan rewel jika sudah ada ponsel pintar di tangannya, sehingga orangtua maupun pengasuh akan tenang dan kesibukannya tidak terganggu kerewelan si balita. Kita banyak menjumpai anak-anak kecil berkumpul bermain dengan teman-teman mereka namun masing-masing hanya sibuk dengan...